Sunday 12 July 2015

Cerita di Rumah Hazelwood (1)

Tidak seperti kedua temanku yang lain, yang gampang sekali tertidur sebelum sahur di waktu yang super singkat di Inggris ini, aku jarang sekali tidur. Aku seringkali terbangun hanya dengan  mendengar suara-suara dr luar kamar. Kata ibuku, sejak bayipun aku gampang sekali terbangun, bahkan dengan suara derit kursi yang berpindah saja.

Aku seringkali terjaga sambil menunggu waktu Subuh, membolak balik catatan kuliah, atau membuka-buka tablet hanya untuk browsing online shop ditemani lagu-lagu lirih dari playlist handphoneku.
Namun ada yang berbeda malam ini, tidak seperti biasanya,   kudengar percakapan dua orang yang entah apa tapi terasa bermakna. Mungkin sengaja mencuri waktu kosong tanpa orang-orang lain di dalam rumah ini untuk hanya dapat bercengkrama berdua.

Lalu aku berpikir, cinta itu aneh.
Cinta itu tak punya alasan.
Yang hanya mereka tahu, menghabiskan waktu berdua itu sangat bermakna.

Untuk apa malam2 sengaja menahan kantuk untuk hanya bercengkrama berdua, kalau bukan cinta?

Mungkin telah ada janji-janji yang telah terucap, cerita-cerita yang hanya di share kepada masing-masing, atau bahkan tawa berderai-derai dari bawah tangga.

Aku tetap tak mengerti.
Cinta itu sepertinya tak punya logika.
Padahal mereka sama-sama tau cinta ini entah dibawa kemana.

Mungkin dua bulan lagi, atau entah sampai kapan. Siapa yang tahu?
Buat kalian yang sedang menjalin hubungan entah apa.
Semoga Tuhan menunjukkan jalannya.


03:15
32 Hazelwood Road

Sunday 10 May 2015

Kings of Convenience Concert

"If when the music ended, you did not retreat. 
In my imagination, you are cast in gold, your image is a compensation for me to hold" 
Parallel Lines, Kings of Convenience


I can not remember when is the first time I heard their music. but since then, I'm in love with their music completely. The wonderful in sync voices, the music from their guitar, the beautiful music that flows, I fell for them. Instantly. 
So one day I put in my bucket list, I want to see them playing live. 
***

It was a Tuesday night. I was in my bed, about to sleep, when I check on my facebook, and the kings of convenience announced a tour, that the ticket will be sold in the next two days at exactly 10 am. I was completely surprised since they announced that they will be coming to London. I was so excited.
The next Thursday I stay on the computer and queueing since 9.30, hoping that I would get the ticket.
And I got it.

As I imagined, this concert will be packed with people and I don't want to watch the concert from behind the crowd. I want to sit in front of the stage. And thanks god I managed it. The concert was amazing, It was surreal. I can still feel the gushing until now.

The jam-packed hall, full with people but the atmosphere was very nice, dim lights, and pink curtains. I sit comfortably. waiting for the duo to come up on stage. 

The first song, I was stunned. I can't say any words. Their music is beyond beautiful. And I was there. Very close to the stage. I almost cried. I know all the words. I sing all along. Humming, almost whispering, because I'm shivering. After all these years, they are still amazed me, even though sometimes I get bored by their songs because I keep repeating haha. 
They are such a great pairs. It is amazing to see the chemistry between them, they are inseparable. They are completely blow my mind. Eirik always looks at Erlend, Erlend always smiling to him. Eirik always plays in such deep emotions, while Erlend always looks so calm and content.
They are a completely different person, and I guess that what makes them so unique.

I had the best night.  It was beyond my expectation. It was beautiful and surreal.
I love you, Kings of Convenience, I love you more than The Smiths. 


Stunning Performance




With Erlend, my face says it all




Wednesday 15 April 2015

Kita



Leicester, 15 April 2015


Mungkin kita belum dikasih kesempatan untuk jadi teman seperjalanan keliling Eropa

Mungkin kita belum dikasih kesempatan untuk jadi teman merenung di tepi sungai Thames

Mungkin kita belum dikasih kesempatan untuk jadi teman berjalan sepanjang Champs- Elysess

Mungkin kita belum dikasih kesempatan untuk jadi teman nonton Aurora di Norwegia

Tapi, we will live the life we've always dream of. 

We will swim in the Maldives ocean

We will ride a camel in the Saharan desert

We will hike the Machu Pichu ruins

or maybe, just maybe,

Someday we will be so rich until we have no place in the world we have not seen

or maybe, just maybe,

Someday we will get lost in Africa's wilderness chasing tigers

but, I think, 

We will settle down in the house near the ocean, getting married, and have kids.

Nonetheless, as long as I know we will be together, it is going to be okay.

You and Me. We will conquer the world. Our world







A warm welcome from God


Leicester, 27 September 2014

Let me begin my story.
Siang itu di akhir bulan September, Aku di kampus, sedang menghadiri welcome programme untuk international student. Tepat jam 14:00 dan sudah masuk waktu untuk sholat dhuhur.
Perlahan kulangkahkan kaki menuju ke musholla kampus, hari ini pertama kalinya pula aku ke musholla kampus.

Aku menuju ke tempat wudhu, saat itu sedang sepi, tidak terlalu ramai dan hanya ada aku sendiri. Lalu masuklah dia, berjilbab rapi dan hendak ambil air wudhu. Postur tubuhnya yang tinggi dan matanya yang biru, tersenyum pada saya ketika mata kita bertatapan. Aku balas senyumnya.
Cantik. Rapi. Anggun, batinku.
Aku melihat dia mengenakan jarum pentul cantik besar-besar di kerudungnya, aku pun bertanya, dimana bisa beli jilbab dan jarum pentul di Leicester.

" Oh, it is in Evington Road. In the store name Ar-Rahma. They have plenty of this pin. Are you a new student?"
" Yeah, just arrived a week go, thank you! I'll look around that store next time"
" You know, I have plenty of it, I can put it in the prayer room tomorrow for you, in zuhur"
Aku tersenyum dan bilang ga usah repot-repot nanti aku bisa cari sendiri ke tokonya.  Tetapi dia tetap insist dan akhirnya kita kenalan saling tukar nama.
"What is your name?"
"I'm Arum, whats yours?"
"Mine is Sharbannu, how can I spell your name?"
"It is written like in Surah Ar-Rum"
"What a lovely name"

Dan kami pun berpisah di tempat wudhu...

Keesokan harinya, aku kembali ke musholla. Aku nggak berharap apa-apa, karena aku pikir dia nggak akan kasih jarum pentulmya. Yet I was so surprised. It was there. On the shelf. With a note.


It was written like this :
To : Ar-Rum
"Please keep me and my family in your prayer Insha Allah"


Aku seperti mendapat seorang kawan. A stranger become a friend. A warm welcome in the prayer room. Hatiku hangat. Aku tersenyum, terharu. Allah seakan memberi ucapan selamat datang padaku dengan cara yang tidak disangka-sangka.


Dan dengan hati yang hangat, Aku kembali melangkahkan kakiku untuk kembali ke Peter William Lecture Theather. Selamat datang di Leicester, Arum :)



Sunday 8 February 2015

Edensor - Dreams do come true


"Aku ingin berkelana, menemukan arahku dengan bintang gemintang. Aku ingin mengarungi padang dan gurun-gurun, ingin melepuh terbakar matahari, limbung dihantam angin, dan menciut dicengkram dingin" Andrea Hirata

Saya teringat bagaimana perasaan saya ketika selesai membaca buku Edensor karya Andrea Hirata. Campur aduk nggak karuan. Hati saya berdegup-degup kencang. Ingat satu mimpi saya, yang saya tulis di notebook saya sebagai "lifetime achievement". For all I know, saya harus bisa meraihnya. Dari buku ini saya semakin terinspirasi, saya ingin menuju "Edensor" saya, seperti Andrea Hirata menemukan Edensornya. Yang jadi pertanyaan buat saya, secantik apakah tempat ini? kenapa Andrea Hirata melukiskan tempat ini dengan kata-kata yang sangat indah, kata-kata yang begitu provokatif.

Derbyshire tidak jauh dari Leicester, perjalanan menggunakan mobil sewaan kurang lebih ditempuh dalam 1 jam 30 menit saja. Dan benar saja, apa yang digambarkan di buku Edensor itu tidak melebih-lebihkan. Saya dan teman-teman speechless, kami tertegun sesaat. dan tak terelakkan lagi muncul kalimat-kalimat  "Subhanallah, gw di Edensor" "Ya Allah cantik banget" "Subhanallaaaaahhh , Masya Allaaaahhh bagus banget"  dan kalimat-kalimat admiration lainnya.
Saya larut dalam keindahan tempat itu, Saya terharu. Sungguh sebuah kombinasi yang cantik antara daun-daun yang menguning, padang rumput yang hijau, sungai yang mengalir jernih, dan domba-domba gemuk yang minta dikejar.


Menuju Chartsworth House




Edensor dari atas bukit


Then , I come back on the winter. Sebenernya, karena kami belum merasakan salju tebal. Kami penasaran karena di Leicester hujan salju cuma sebentar dan kami sudah sangat kegirangan main salju untuk pertama kali. Kami memutuskan naik bus dari Leicester - Sheffield, Sheffield - Chatsworth House. Persis seperti bus yang mungkin, bang Andrea Hirata juga naik dari Sheffield.

Our first Snowman!!





Us. in Edensor.


Buat aku, Edensor adalah sebuah pelabuhan mimpi. Kalau bukan karena buku Andrea Hirata, mungkin aku nggak akan pernah tahu dimana Edensor, seberapa charmingnya desa ini, dan apa maknanya buat aku, sang pemimpi ini. Mungkin, dari mimpi ini semuanya berawal. Mungkin, ini hanya sebuah permulaan, yang aku sendiri belum tahu bagaimana akhirnya. Yang jelas, aku akan memanfaatkan waktu yang aku punya saat ini sebaik mungkin. Yang jelas, aku masih ingin berkelana, dan menemukan arahku sampai nanti saatnya aku pulang.










Aurora Borealis dan Sebuah Impian

Tromso, 18 January 2015

Oh, it was wild and weird and wan, and ever in camp o' nights

We would watch and watch the silver dance of the mystic Northern Lights.

And soft they danced from the Polar sky and swept in primrose haze;

And swift they pranced with their silver feet, and pierced with a blinding blaze.

They danced a cotillion in the sky; they were rose and silver shod;

It was not good for the eyes of man -- 'Twas a sight for the eyes of God.

ROBERT SERVICE, "The Ballad of the Northern Lights"



Aku ke Norwegia.

Sebelum berangkat aku sama sekali nggak terpikir untuk ke Norwegia saat winter. Aku selalu membayangkan mendaki fjord-fjord di Norwegia ketika musim panas. Dan ketika boat-boat di sepanjang Oslo Harbour mau berlayar untuk sekedar melihat Oslo Fjord dari dekat.

Tapi malam itu, di Dublin Airport, sembari menunggu pagi datang untuk penerbanganku kembali ke Birmingham, terbesit keinginan untuk melihat Aurora. Sebenernya keinginan ini sudah ada dari dulu, sudah tercatat di bucket list. Tapi aku nggak pernah menyangka aku akan  pergi melihat Aurora secepat ini.
Aku mencoba survey tiket pesawat ke Islandia, karena beberapa dari temanku sudah ada yang terbang kesana dan menyaksikan Aurora. Tapi masih terlampau mahal, terlebih lagi, aku akan sendirian. Teman-teman yang lain ngga ada yang mau ikut mengejar Aurora.

Aku urungkan niatku malam itu untuk membeli tiket pesawat ke Islandia. Tapi tiba-tiba aku terpikir untuk melihat Aurora di Norwegia. Dan aku ingat, aku ada teman di Oslo. Senyum ku kembali mengembang.
-----

Aku tiba di Tromso. Di utara Norwegia. Kata penduduk sekitar, Tromso adalah gerbang menuju kutub utara. Kata mereka pula, saking sedikitnya penduduk Tromso, jika mereka semua keluar rumah dan berkumpul di pub, mereka tetap akan selalu dapat tempat duduk di bar.
Aku nggak habis pikir bagaimana orang-orang di Tromso bisa hidup dengan suhu dibawah 0 selama winter, yang jelas sekali nggak akan ada matahari menyinari Tromso selama kurang lebih 4 bulan. Waktu di Tromso pun, matahari terbit pukul 11 siang, dan terbenam pukul 12 siang. Buat puasa mungkin enak kali ya hahahhaha.
Tapi kota ini indah sekali ya Rabb. Pemandangan gunung es mengelilingi kota kecil ini. Burung-burung camar berebutan mencari ikan di tepi laut. Rumah kecil warna merah khas Scandinavia terlihat di kejauhan, di tepi laut yang membelah dua gunung yang ditutupi salju tebal. I feel like I'm in the middle of nowhere. Aku rasanya ingin menangis, bisa menikmati pemandangan seindah ini tapi tanpa orang-orang kesayangan.
Dan di kota ini pula aku merasakan beratnya berjalan di tumpukan salju, hujan salju lebat, sedangkan hotel kami ada di atas bukit. Kami harus berjalan ke atas tanpa tahu bahwa jalan pintas yang kami tempuh itu sebenernya tumpukan bebatuan yang tertutup salju tebal.

Aku yakin ketika summer kota ini akan lebih cantik, dan lebih hidup.


----



Menyaksikan Aurora Borealis atau Cahaya Utara, atau Northern Lights adalah hal yang magical buat aku. Aku tidak menyesal pergi ke utara, ke Norwegia , yang tentunya  this trip is not cheap. But, aku tahu ini pengalaman seumur hidup yang gak akan pernah bisa dilupakan. To have this experience, makan indomie seminggu pun nggak apa-apa hahaha lebay sih, iya sih lebay haha.

Banyak orang bilang, cahaya utara itu nggak pernah bisa diprediksikan datangnya, and if you are lucky enough to witness it, you will never forget it for the rest of your life. I agree. And that night, I was there, witnessing one of God's creation that only occurs in the northern parts of the worlds.

 Dari Tromso we have to drive around an hour, ke pinggir kotanya, di tepi laut, di sebuah bukit kecil. Tempatnya bener-bener gelap, dan cahaya hanya dari bus kami, 
Menunggu dan bersabar adalah kunci dari pencarian aurora ini. The Lady Aurora does not show up instantly in the sky. Well. kalau aktivitas lagi besar dan anda sedang beruntung, you will see it dancing accross the city.
Aku cari posisi di bukit itu, di tengah dinginnya winter. Satu hal yang membuatku tetap sabar, adalah semangat saya untuk melihat keajaiban Tuhan yang satu ini.
And there I lie down, look up to the sky, and I see so many stars. So many, it sooo beautiful I could cry. Langit cerah, bintang-bintang bertebaran, dan saya bersyukur that God, again, give me the chance to see this. To experience this. 

Penantian kami serasa sangat lama. Aku baca di internet kalau lagi chasing Aurora jangan berharap untuk melihatnya langsung, jadi cari experiencenya, jangan terlalu kecewa kalau belum bisa menyaksikan di malam pertama pencarian.
Setelah tiga jam menanti, kamera mulai menangkap cahaya hijau di kejauhan. Samar. Tapi kamera kami dengan settingan tertentu (ISO sekian, Focus manual, tripod ready, dan another technical thing that our guide berbaik hati menyetting kamera kami) sudah bisa menangkap sedikit cahaya itu.Sayangnya, mata kami masih belum bisa menangkap cahaya hijau itu.

Saya  mulai kehilangan harapan.

"She's shy, come on Lady, show me your vibrant colour"
"Come on, we see you, don't be shy"

Sorakan-sorakan untuk menyemangati Lady Aurora untuk muncul ke langit di atas kami pun makin terdengar. Tapi dia nggak kunjung muncul. 
Makin kehilangan harapan, tiket pesawat kembali ke Oslo sudah dibeli untuk esok hari, namun yg dicari belum muncul, nggak mungkin bisa stay sehari lagi untuk menyaksikan sang cahaya utara.

Tepat di saat aku  mulai menyerah dan naik ke dalam bus karena udah sangat kedinginan, I saw it. A big lights strike out membelah langit, and all of us just standing still. Admire it. Subhanallah. Masha Allah.

Then, I was speechless when I saw it dancing. Moving. Creates a pattern. Ternyata bukan mitos. Nggak heran kalo jaman dulu, Aurora di asosiasikan dengan mystical thing seperti roh anak-anak kecil yang sedang bermain. Emang bener, karena cahaya itu bergerak seolah-olah menari. Begitu magical dan sangat indah. Sangat Indah. Ya Rabb sungguh engkau Maha besar....





Under the northern lights, Ignore my face, please. Photo credits : Artic Guide Service 

What a night. Tepat di saat aku mulai menyerah, cahaya itu datang. Iya. Dan aku menyadari sesuatu. Sesuatu yang menyadarkan aku kalo aku selalu diberi jalan. Tuhan selalu beri jalan untuk kita, but, Do we use it wisely? Do we use time we had today effectively? Do we?

Sama seperti misalnya ketika kita berusaha sekuat tenaga utuk mencapai sesuatu namun kita udah lelah karena nggak kunjung terwujud, dan di saat itu pula lah you see the light. Sama seperti kita punya mimpi besar dan ada satu kesempatan untuk membuatnya menjadi nyata? Will you take the chance? or will you just holding back because you are afraid to take the challenge?

Karena impian hanya akan tetap menjadi mimpi if we didn't take any action. Kesempatan mungkin datang dua kali, tapi apa salahnya mencoba di kesempatan pertama and see how it's work? If you fail, at least you've tried to do the best. Then try again, again, and again. 

Seperti Aurora Borealis, is not easy to witness. It takes patience. And if you do it well, you will get what you've always dream of.

Aku nggak menyesal pergi jauh ke Utara. I feel content.
Terima kasih Tuhan.....